A. MASALAH
Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory ( 1985 ) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian ( Tuckman, 198 ).
Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan mampu mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut. Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan bervariasi misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja dapat dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi dan efisiensi pendidikan (Riyanto, 2001:1) Salah satu jenis penelitian dalam bidang pendidikan adalah peneltian tindakan, yang dilakukan dengan menerapkan metode-metode pengajaran ketika proses belajar berlangsung di kelas dengan harapan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Peneliti dalam penelitian tindakan ialah melakukan identifikasi dan membuat perumusan masalah yang memungkinkan diteliti lewat penelitian tindakan (Depdikbud, 1999:11). Lebih lanjut dikemukakan bahwa kedudukan perumusan atau formulasi masalah penelitian merupakan suatu langkah awal yang menentukan keberhasilan langkah-langkah selanjutnya. Orang menyatakan bahwa jika peneliti berhasil merumuskan masalah penelitian dengan baik dan benar, berarti ia telah melampaui separo jalan. Dengan rumusan masalah yang jelas dan tajam, maka peneliti akan mampu meletakkan dasar teori dan atau kerangka konseptual pemecahan masalah, hipotesis tindakan akan dapat dirumuskan karena berdasarkan rumusan masalah dapat diidentifikasi dan ditetapkan alternatif solusinya atau tindakan tepat yang perlu dilakukan. Demikian pula data apa yang harus dikumpulkan untuk mengkaji atau sebagai bahan refleksi atas tindakan yang telah dan sedang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan apa yang diharapkannya dalam penelitian tindakan.
Perlu disadari bahwa masalah penelitian tindakan mempunyai ciri atau karakteristik yang berbeda dengan penelitian konvensional yang biasa dilakukan para peneliti pendidikan di perguruan tinggi. Peneliti tidak berada di luar apa yang diteliti, tetapi berada di dalamnya (as an inquiry on practice from within), di mana guru sebagai peneliti terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian tindakan. Oleh karena itu, diharapkan dengan memilih masalah yang tepat, guru sebagai peneliti selain dapat melakukan perbaikan, peningkatan dan atau perubahan proses pembelajaran yang lebih baik, berdampak pula terhadap diri guru, yaitu menumbuhkan sikap dan kemauan untuk selalu berupaya memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan atau timbulnya budaya berdinamika dan menimbulkan budaya untuk meneliti atau menjadikan dirinya sebagai guru peneliti (teacher as researcher in his/ her classroom).
B. SUMBER MASALAH
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan
apa yang benar – benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner ( 1982 ) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetensi.
Jika masalah penelitian konvensional peneliti dapat diperoleh dari bahan bacaan, laporan penelitian, makalah, diskusi dan lain sebagainya, dan pencarian dilakukan secara induktif-deduktif, maka masalah penelitian tindakan harus bersumber dari guru sendiri. Harus merupakan hasil refleksi atau masalahnya sendiri dan bukan berasal dan orang lain, misalnya lembaga riset.
Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2007:80), mengemukakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk menolong mencari fokus permasalahan.
• Apa yang sekarang sedang terjadi?
• Apakah yang sedang berlangsung itu mengandung permasalahan?
• Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya?
• Saya ingin memperbaiki . . .
• Saya mempunyai gagasan yang ingin saya cobakan di kelas . ..
• Apa yang dapat saya lakukan dengan hal semacam itu?
Apabila pertanyaan-pertanyaan di atas diperhatikan, dan guru atau dosen menemukan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi di kelas, maka benarlah guru atau dosen telah menemukan fokus permasalahan untuk penelitian kelas. Bersiap-siaplah untuk melakukan langkah-langkah selanjutnya. Sebagai contoh, ada beberapa kemungkinan dalam permasalahan yang ditemukan terjadi dalam aspek-aspek pembelajaran seperti:
• Suasana kelas yang kurang mendukung kelancaran proses belajar mengajar.
• Metode pembelajaran yang kurang tepat untuk membahas pokok kajian.
• Buku teks yang tidak mendukung.
• Media pembelajaran yang tidak ada atau kurang.
• Sistem penilaian yang tidak sesuai, dan aspek lain yang mungkin dinilai kurang.
Sebagai contoh, salah satu masalah yang disebutkan di atas ialah sistem penilaian yang kurang tepat sehingga mengganggu proses belajar peserta didik. Hal ini perlu dipikirkan sebagai suatu permasalahan yang mungkin dapat diperiksa melalui tindakan karena memang hal itu tercakup dalam bidang Penelitian Tindakan Kelas, dan guru berpendapat juga bahwa sistem penilaian itu perlu diperbaiki.
Untuk lebih menjelaskan bagaimana mengidentifikasi dan mencari permasalahan dan kemudian dipilih guru atau dosen sebagai fokus masalah yang akan dijadikan bidang penelitian, berikut ini beberapa contoh:
1. Pengembangan model teknik non-tes bentuk inkuiri dalam evaluasi hasilbelajar bahasa Indonesia di kelas 5 SD.
2. Upaya meningkatkan keterampilan menulis paragraf induktuf melalui pendekatan cooperative learning
3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam berbicara melalui pembelajaran isu-isu kontroversial
4. Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran membaca pemahaman sebagai upaya untuk menigkatkan proses belajar mengajar dan prestasi akademik mahasiswa
Banyak hal dalam aspek-aspek yang disebut di atas yang dapat secara terinci terus dikembangkan menjadi fokus permasalahan.
Sumber masalahnya dari mana datangnya? Sumber masalah penelitian bisa muncul dari tiga hal (Ranjit Kumar, 1996):
1. Masalah Yang Ada di Manusianya Sendiri (People and Problem)
Kita harus hati-hati supaya tidak terjebak ke masalah di sekitar manusia yang bukan penelitian. Tapi juga jangan "saklek”, karena masalah manusia yang tadinya bukan masalah penelitian bisa kita "goyang sedikit" menjadi masalah penelitian. Contoh, mahasiswa punya masalah pokok yaitu "kekurangan uang". Ini bisa kita "konversi" menjadi masalah penelitian misalnya menjadi :
• Mendeteksi raut muka mahasiswa bokek dengan face recognition system
• Model bisnis di Internet dengan modal kecil untuk mahasiswa
2. Masalah di Cara, Teknik dan Struktur Kerja (Program)
Teknik dan struktur kerja yang bermasalah tentu juga bisa menjadi masalah penelitian. Contoh, dosen-dosen saking sibuknya ternyata kesulitan menemukan satu waktu yang pas untuk meeting bulanan di universitas. Nah ini jadi masalah penelitian, approachnya nanti kita bisa kembangkan satu aplikasi scheduling dengan sedikit sistem pakar didalamnya yang secara otomatis memberikan beberapa alternatif waktu meeting yang pas untuk semua. Masalah lain misalnya, sistem informasi manajemen di universitas kita ada masalah. Nggak bisa online bekerjanya dan nggak sesuai dengan business process sebenarnya yang dilakukan oleh para staff dalam mengelola administrasi sekolah. Nah software dan sistem ini kita perbaiki supaya sesuai dengan yang dibutuhkan. Sistem parkir di Mal yang tidak bisa mendeteksi mana area parkir yang kosong, bisa jadi masalah penelitian yang menarik juga.
3. Fenomena yang Terjadi (Phenomenon)
Fenomena yang ada di sekitar kita juga bisa menjadi masalah penelitian yang menarik. Contoh, fenomena bahwa situs portal yang dikembangkan di perusahaan-perusahaan ternyata sepi pengunjung. Nah ini adalah sebuah fenomena, untuk meningkatkan traffic, misalnya bisa dengan memainkan bebrapa teknik supaya search engine mau menengok situs kita, ini sering disebut dengan Search Engine Optimization. Nah dari sini kita sudah dapat judul: "Mengembangkan situs portal traffic tinggi dengan teknik Search Engine Optimization (SEO)”. Fenomena lain lagi, proses pendeteksian golongan darah untuk skala besar (massal) misalnya untuk seluruh mahasiswa universitas yang mencapai 5000 orang ternyata memakan waktu yang sangat lama. Ini sebuah fenomena, kita beri solusi dengan software sistem yang menggunakan beberapa teknik artificial intelligence yang memungkinkan pendeteksian golongan darah ini. Sehingga 5000 orang bisa kita proses dalam beberapa jam misalnya.
C. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah merupakan kesenjangan antara yang di harapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dengan rumusan masalah, karean setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.
Sebelum diuraikan bagaimana merumuskan masalah penelitian, terlebih dahulu akan dibahas apa yang dimaksud dengan masalah. Masalah adalah kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan, antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya. Kembali kepada contoh judul penelitian tersebut diatas, itu bersumber kepada masalah penelitian yang ada, yakni kesenjangan antara harapan (imunisasi polio pada anak akan selalu berkesinambungan memperoleh imunisasi polio I, polio II dan polio III), tetapi kenyataannya atau yang terjadi tidak demikian (sebagian besar dari anak balita hanya memperoleh imunisasi polio I saja). Contoh lain adalah penyuluhan dan kampanye tentang posyandu di Indonesia telah meluas. Berbagai media dan cara telah dilakukan baik oleh instansi kesehatan maupun diluar kesehatan, baik oleh petugas maupun masyarakat sendiri.
Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan posyandu menjadi milik masyarakat dan dimanfaatkan, dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat. Tetapi dari hasil penelitian Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM-UI pada tahun 1990, baru sekitar 40% masyarakat mengembangkan, memelihara dan memanfaatkan posyandu. Disinilah adanya kesenjangan atau gap dan inilah masalah penelitian. Mengenai bagaimana memilih masalah penelitian yang baik, pada uraian-uraian sebelumnya telah dijelaskan. Memilih masalah penelitian yang baik dan yang akan digunakan untuk kepentingan program maupun untuk kepentingan penulisan ilmiah dapat digunakan kriteria-kriteria yang akan diuraikan dalam bab lain. Merumuskan masalah penelitaian ini dapat dilakukan dalam bentuk pernyataan (problema statement) dan juga dalam bentuk pertanyaan (research question). Contoh : Posyandu di wilayah Kabupaten Bogor sudah merata, hampir tiap RW telah mempunyai posyandu. Penyuluhan-penyuluhan tentang imunisasi telah berjalan dengan baik di posyandu-posyandu. Namun angka drop out imunisasi polio masih tinggi, sekitar 75%. Hal ini berarti, kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor tersebut rendah.
Dari pernyataan penelitian ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian : a. Mengapa kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor rendah (mengapa angka drop out imunisasi polio tinggi) ?
b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan atau mempengaruhi ketidaksinambungan
imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor ?
D. BENTUK-BENTUK RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini di kembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Bentuk masalah dapat dikelompokkan kedalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
a. Rumusan masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable atau lebih ( variable yang berdiri sendiri ). Jadi dalam penelitian ini penelitian tidak membuat pernamdingan variable itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variable itu dengan variable yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.
Contoh rumusan masalah deskriptif :
1. Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional ?
2. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negri Berbadan Hukum ?
3. Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia ?
4. Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah di bidang pendidikan ?
5. Seberapa tinggi tingkat produktivitas dan keuntungan financial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan ?
6. Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia ?
Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variable atau lebih secara mandiri ( bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif ).
Peneliti yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional, sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hokum, efektifitas kebijakan MBS, tingkat produktivitas dan keuntungan financial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan, minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh penelitian deskriptif.
b. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variable atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif :
1. Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta ? ( variable penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta )
2. Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Deasa ?
( satu variable dua sampel )
3. Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antar murid yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta, dan Pedagang ? ( dua variable tiga sampel )
4. Adakah perbedaan kompetensi professional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA ? ( satu variable untuk dua kelompok, pada tiga sampel )
5. Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan took yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas ? ( satu variable dua sampel )
6. Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta ? ( satu variable dua sampel )
c. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu :
1. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variable atau lebih yang kebetulan munculnya bersamaan. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif.
Contoh rumusan masalah adalah sebagai berikut :
a. Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murud sekolah ? ( variable pertama adalah penjual es dan ke dua adalah kejahatan ). Hal ini berarti yang menyebabkan jumlah kejahatan bukan karena es yang terjual . mungkin logikanya adalah sebagai berikut : pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat murid-murid banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka di situ banyak kejahatan.
b. Adakah hubungan anatara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak ?
c. Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah ?
2. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen t(variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh :
a. Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak ? (pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen)
b. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan variabel dependen)
c. Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA ?
3. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contoh :
a. Hubungan antara mativasi dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi.
b. Hubungan anatara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dengan meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.
E. CARA MERUMUSKAN MASALAH
1. Permasalah adalah kesenjangan (gap) antara das sollen (apa yang seharusnya) dan das sein ( apa yang ada)
2. Uraikan pendekatan konsep untuk menjawab masalah yang diteliti, hipotesis yang akan diuji atau dugaan yang akan dibuktikan. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan defenisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.
3. Telah memunculkan konsep-konsep tertentu. Misal: attitudes, social distence, effectiveness, credibility, dll.
4. Sumber permasalahan dapat diperoleh dari :
a. Bacaan : jurnal, laporan hasil penelitian, skripsi, tesis, disertasi, buku teks, internet, dll.
b. Seminar, lokakarya, diskusi, dll.
c. Pernyataan pemegang otoritas
d. Pengamatan
e. Pengalaman
f. Intuisi, dll
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih permasalahan :
1. Masalah harus memberi sumbangan pada pengembangan ilmu atau untuk kepentingan praktis
2. Biaya, waktu, tenaga, sarana dan prasarana yang tersedia
3. Bekal kemampuan teknis
4. Penguasaan metode yang diperlukan
Rumusan masalah disusun dengan memperhatikan :
1. Sebaiknya dalam bentuk kalimat tanya
2. Hendaknya informasi (pada makna)
3. Memberi petunjuk untuk pengumpulan datanya
Dalam memformulasikan atau merumuskan masalah, kiranya peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasanya berlaku yaitu dengan memperhatikan:
1. aspek substansi;
2. aspek formulasi; dan
3. aspek teknis.
Dari sisi aspek substansi atau isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa/mirip yang dihadapi guru, kegunaan metodologik dengan diketemukannya model tindakan dan prosedurnya, serta kegunaan teoritik dalam memperkaya atau mengoreksi teori pembelajaran yang berlaku. Sedang dari sisi orisinalitas, apakah pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya. Jika sudah pernah berarti hanya merupakan pengulangan atau replikasi saja.
Pada aspek formulasi, seyogyanya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat interogatif (pertanyaan), meskipun tidak dilarang dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Hendaknya dalam rumusan masalah tidak terkandung masalah dalam masalah, tetapi lugas menyatakan secara eksplisit dan spesifik tentang apa yang dipermasalahkan.
Dan aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoritik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, kemampuan metodologi penelitian tindakan, kemampuan fasilitas untuk melakukan penelitian seperti dana, waktu, tenaga, dan perhatian terhadap masalah yang akan dipecahkan. Oleh karena itu, disarankan untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, guru dapat melakukan di kelasnya dan tidak memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang besar.
READ MORE - MASALAH, MERUMUSKAN MASALAH, dan CONTOH RUMUSAN MASALAH
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
SEO